Minggu, 06 Mei 2012

(GOOD AND CLEAN GOVERNANCE)


TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
(GOOD AND CLEAN GOVERNANCE)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Good governance sering di gunakan sebagai standar sistem good local governance di katakan baik dalam menjalankan sistem disentaralisasi dan sebagai parameter yang lain untuk mengamati praktek demokrasi dalam suatu negara. Para pemegang jabatan publik harus dapat mempertangung jawabkan kepada publik apa yang mereka lakukan baik secara pribadi maupun secara publik. Seorang presiden Gebernur, Bupati, Wali Kota, anggota DPR dan MPR dan pejabat politik lainnya harus menjelaskan kepada publik mengapa memilih kebijaksanaan X, bukan kebijaksanaan Y, mengapa memilih menaikkan pajak ketimbang melakukan efesiensi dalam pemerintahan dan melakukan pemberantasan korupsi sekali lagi apa yang di lakukan oleh pejabat publik harus terbuka dan tidak ada yang di tutup untuk di pertanyakan oleh publik.
            Konsep Good governance pertama kali di perkenalkan oleh  UNDP, sebab munculnya konsep ini di sebabkan oleh tidak terjadinya akuntabilitas, tranparansi. Artinya banyak negara dunia ketiga ketika di beri bantuan dana tersebut banyak yang tidak tepat sasaran, sehinga negara maju engan memberikan bantuan terhadap negara dunia ketiga adalah karena belum terciptanya sistem birokrasi yang efektif, efesien dan tidak adanya tranparansi, akuntabilitas bantuan dana dari negara maju.  Konsekuensinya banyak terjadi korupsi yang  di lakukan oleh dunia ketiga ketika bantuan di turunkan oleh negara maju.
            Pada akhir dasa-warsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat di pergunakan dalam reformasi publik. Di dalam disiplin atau profesi manajemen publik konsep ini di pandang sebagai suatu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi publik. Paradigma baru ini menekankan  pada  peran manajer publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong dan meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan kontrol yang di lakukan oleh pemerintah pusat, Tanparansi, akuntabilitas publik dan di ciptakan pengelolahan manajerial yang bersih dan bebas dari korupsi.

1.2 Perumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan  Good governance dan clean  governance ?
Bagaimana prinsip dari good governance dan clean governance?
Apa manfaat good governance dan clean governance dalam sistem pemerintahan nagara ?
Bagaimana penerapan asas-asas kepemerintahan yang baik  (good governance dan clean governance) dalam sistem pemerintahan nagara?
Hambatan hambatan dalam melaksanakan prinsip good governance dan clean governance dalam sistem pemerintahan nagara?
















BAB II
PEMBAHASAN

A.  PENGERTIAN 
Pengertian pemerintahan menurut para ahli :
         Aim abdulkarim : Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negra dalam menyelenggarakan kesejahteraan rakyat dan kepentingan negara.
         J. Kristiadi : pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama negara terhadap orang yang diperintah (masyarakat).
            Dapat disimpulkan pemerintahan adalah suatu lembaga yang terdiri atas sekumpulan orang-orang yang mengatur suatu negara yang memiliki cara dan sistem yang berbeda-beda dengan tujuan agar negara tersebut dapat tertata dengan baik.
Menurut United Nations Development Program (UNDP) salah satu badan PBB, governance (kepemerintahan) mempunyai tiga model, yaitu :
1.      Economic  Governance,
Meliputi proses pembuatan keputusan yang memfasilitasi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan transaksi di antara penyelenggara ekonomi, serta mempunyai implikasi kesetaraan, kemiskinan, dan kualitas hidup
2.      Political  Governance,  mencakup  proses  pembuatan  keputusan  untuk   perumusan kebijakan politik negara.
3.      Administrative Governance, berupa sistem implementasi kebijakan. 
Institusi  dari  governance  meliputi  tiga  domein,  yaitu  state  (negara   atau  pemerintah), private  sector(swasta  atau  dunia  usaha),  dan  society (masyarakat)  yang  saling  berinteraksi.    State  berfungsi  menciptakan lingkungan  politik  dan  hukum  yang  kondusif, privat secto  menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society berperan positifdalam interaksi sosial, ekonomi, dan politik, termasuk mengajak kelompokmasyarakat  untuk  berpartisipasi  dalam  aktivitas  ekonomi,  sosial  dan  politik.
            Adapun Istilah good and clean governance merupakan wacana yang  mengiringi gerakan reformasi, yang dikaitkan dengan tuntutan akan pengelolaan  pemerintahan yang profesional, akuntabel, dan bebas dari korupsi, kolusi, dan  nepotisme.Pemerintahan yangbersih  dari  KKN  merupakan  bagian  penting  daripembangunan  demokrasi,  HAM,  dan masyarakat madani di Indonesia.
Pendapat para ahli : 
1. Dadang Solihin : 
Kepemerintahan yang baik adalah konsepsi tentang : 
a.Penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif; 
b.Suatu gagasan dan nilai untuk mengatur pola hubungan antara pemerintah,dunia usaha/sawasta, dan masyarakat. 
2. Kooiman (1994) : 
            Kepemerintahan  yang  baik  merupakan  serangkaian  proses  interaksi   sosial  politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan  masyarakat,  dan  intervensi  pemerintah  atas   kepentingan-kepentingan tersebut. 
3.      Pinto (1994) : 
Kepemerintahan  yang  baik  adalah  praktek  penyelenggaraan  kekuasaan  dan  kewenangan  oleh  pemerintah  dalam  mengelola  urusan  pemerintahan  secara   umum  dan pembangunan ekonomi pada khususnya. 
4.      Bintoro Tjokroamidjojo : 
Good governance lebih dapat berjalan dalam suatu sistem politik yang demokrati, yang  dalam  masyarakat  yang  berkesadaran  hukum,  tegaknya  hukum  untuk   semua secara sama, dan dalam ekonomi di mana berjalan mekanisme pasar secara sehat. 



5.      J.B. Kristiadi : 
Good  governance  dapat  dicapai  melalui  pengaturan  yang  tepat  antara  fungsi pasar dengan  fungsi  organisasi,  termasuk  organisasi  publik  sehingga  dicapai  transaksi-transaksi dengan biaya yang paling rendah.

Pengertian kepemerintahan yang baik (good governance), adalah sikap  dimana kekuasaan  dilakukan  oleh  masyarakat  yang  diatur  dalam  berbagai   tingkatan  pemerintahan negara  yang  berkaitan  dengan  sumber-sumber  sosial-budaya,  politik,  dan  ekonomi.  Dalam  prakteknya  mesti  disertai  bersih  dan berwibawa,  yang  merupakan  model  kepemerintahan  yang  efektif,  efisien,  jujur,  transparan,  dan  bertanggung  jawab,  sehingga menyatu dalam istilah good and clean governance
      Sejalan dengan prinsip di atas, maka kepemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa, berarti baik dan bersih dalam proses maupun hasil-hasilnya. Dalam hal ini semua unsur dalam pemerintahan dapat bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, dan memperoleh dukungan dari rakyat.

B. PRINSIP-PRINSIP “GOOD AND CLEAN GOVERNANCE” 

      
Untuk  merealisasikan  pemerintahan  yang  profesional  dan  akuntabel,   dengan  mengacu pada UNDP,  Lembaga Administrasi Negara RI (LANRI)  merumuskan sembilan aspek fundamental (asas/prinsip) yang harus diperhatikan, yaitu : 
1.      Partisipasi (partisipation), yaitu keikutsertaan warga masyarakat dalam  pengambilan  keputusan,  baik  langsung  maupun  melalui  lembaga  perwakilan  yang  sah  dan mewakili  kepentingan  mereka.    Bentuk   partisipasi  dimaksud dibangun  atas  dasar prinsip demokrasi,  yakni  kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat secara konstruktif.   Dalam hal ini perlu deregulas ibirokrasi, sehingga proses sebuah usaha  efektif dan efisien. 
2.      Penegakan hukum (rule of law), yaitu bahwa pengelolaan pemerintahan  yang profesional  harus  didukung  oleh  penegakan  hukum  yang   berwibawa,  karena  tanpa ditopang oleh aturan hukum dan penegakannya secara konsekuen, maka partisipasi masyarakat  dapat  berubah  menjadi   tindakan  yang  anarkis.    Dalam  hal  ini  perlu komitmen pemerintah  yang mengandung unsur-unsur : 
a.Supremasi hukum (supremacy of law); 
b.Kepastian hukum (legal certainty); 
c.Hukum yang responsif, yang disusun berdasarkan aspirasi masyarakat luas dan mengakomodasi berbagai kebutuhan secara adil; 
d.Konsisten dan nondiskriminatif; 
e.Independensi peradilan. 
       3.  Transparansi (transparency).  Dalam hal mengelola negara terdapat  delapan unsur yang harus dilakukan secara transparan, yaitu : 
            a.  Penetapan posisi, jabatan, atau kedudukan; 
            b.  Kekayaan pejabat publik; 
            c.  Pemberian penghargaan; 
            d.  Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan; 
            e.  Kesehatan; 
             f.  Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik; 
            g.  Keamanan dan ketertiban; 
            h.  Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat. 
4.      Responsif,  yaitu  tanggap  terhadap  persoalan-persoalan  masyarakat.
Dalam  hal  ini pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat dan  proaktif, bukan menungumereka menyampaikan keinginan.  Untuk itu  setiap unsur pemerintah harus memiliki dua etika, yakni etika individual  dan  etika sosial. 
5.      Konsensus,  yaitu  bahwa  keputusan  apa  pun  harus  dilakukan  melalui  kesepakatan dalam  suatu  permusyawaratan.    Melalui  cara  ini  akan  memuaskan  semua  pihak sehingga semuanya merasa terikat untuk  konsekuen melaksanakannya. 
6.      Kesetaraan (equity),  yaitu  kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan  publik.  Hal ini mengharuskan setiap pelaksana pemerintah bersikap dan  berperilaku adil dalam hal  pelayanan  publik  tanpa  mengenal  perbedaan keyakinan  (agama),  suku,  jenis kela-min, dan kelas sosial. 
7.      Efektivitas  dan  efisiensi  (berdayaguna  dan  berhasilguna).    Kriteria   efektive  diukur diukur  dengan  parameter  produk  yang  dapat  menjangkau  sebesarbesarnya  kepentingan masyarakat dari berbagai  kelompok lapisan sosial,sedangkan efisien diukur dengan rasionalitas  biaya  untuk memenuhi kebutuhan semua masyarakat. 
       8.  Akuntabilitas,  yaitu  pertanggunggugatan  pejabat  publik  terhadap  masyarakat  yang memberinya  kewenangan  untuk  mengurus   kepentingan  mereka.Dalam  hal  ini setiap pejabat publik dituntut  mempertanggungjawabkan semua kebijakan, keputusan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.  Pengertian akuntabilitas meliputi : 
            a.  Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis; 
            b.  Mekanisme evaluasi atas insentif yang diberikan kepada para pejabat publik; 
            c.  Mekanisme pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja  pemerintahan. 
8.      Visi strategis (strategic vision), yaitu pandanganpandangan strategis untukmenghadapi masa yang akan datang (forecasting).  Artinya, kebijakan/ keputusan apa pun yang akan diambil saat ini harus memperhitungkan  akibatnya di masa depan (paling tidak 10- 20 tahun ke depan).

C. MANFAAT “GOOD GOVERNANCE” 
1. Berkurangnya secara nyata praktek  KKN  di birokrasi  yang antara  lain   ditunjukkan dengan hal-hal sebagai berikut : 
a.  Tidak adanya manipulasi pajak; 
          b.  Tidak adanya pungutan liar; 
          c.  Tidak adanya manipulasi tanah; 
          d.  Tidak adanya manipulasi kredit; 
          e.  Tidak adanya penggelapan uang negara;dll
2. Terciptanya  sistem  kelembagaan  dan  ketatalaksanaan  pemerintahan  yangbersih, efektif, efisien, transparan, profesional dan akuntabel : 
             a.  Sistem kelembagaan lebih efektif, ramping, fleksibel; 
             b.  Kualitas tata laksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat, dan  antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota lebih baik; 
             c.  Sistem administrasi pendukung dan kearsipan lebih efektif dan efisien; 
             d.  Dokumen/arsip negara dapat diselamatkan, dilestarikan, dan terpelihara dengan baik;

3. Terhapusnya  peraturan  perundangundangan  dan  tindakan  yang  bersifat  diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat : 
            a.  Kualitas pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha (swasta) meningkat; 
            b.  SDM, prasarana, dan fasilitas pelayanan menjadi lebih baik; 
            c.  Berkurangnya hambatan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik; 
            d.  Prosedur  dan  mekanisme  serta  biaya  yang  diperlukan  dalam pelayanan  publik lebih baku dan jelas; 
            e.  Penerapan sistem merit dalam pelayanan; 
            f.  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pelayanan  publik
g.  Penanganan pengaduan masyarakat lebih intensif. 

4.    Meningkatnya  partisipasi  masyarakat  dalam  pengambilan  kebijakan pelayanan publik :  Berjalannya mekanisme dialog dan musyawarah terbukadengan masyarakat dalam perumusan program dan kebijakan layanan publik. 

 5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan baik di pusat maupun di daerah : 
            a.  Hukum  menjadi  landasan  bertindak  bagi  aparatur  pemerintah  dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik; 
            b.  Kalangan dunia usaha/swasta merasa lebih aman dan terjamin ketika menanamkan modal dan menjalankan usahanya karena ada aturan main (rule ofthe game) yang tegas, jelas, dan mudah dipahami oleh masyarakat; 
            c. Tidak  akan  ada  kebingungan  di  kalangan  pemerintah  daerah  dalam melaksanakan  tugasnya  serta  berkurangnya  konflik  antarpemerintah daerah serta    antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. 

D. PENERAPAN ASAS-ASAS KEPEMERINTAHAN YANG BAIK 

      Dalam  praktek  penyelenggaraan  pemerintahan  di  Indonesia  pasca  gerakan reformasi nasional, tercermin dalam UndangUndang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, dan UU No. 32 Tahun  2004 tentang Pemerintah Daerah yang memuat asas-asas umum pemerintahan  yang mencakup  : 
1.    .Asas  Kepastian  Hukum,  yang  mengutamakan  landasan  peraturan perundangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan negara. 
2.    Asas  Tertib  Penyelenggaraan  Negara,  yang  mengutamakan  landasan   keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraanegara
3.    Asas  Kepentingan  Umum,  yang  mendahulukan  kesejahteraan  umum dengan  cara aspiratif, akomodatif, dan selektif. 
4.    Asas Keterbukaan, dengan membuka diri terhadap hakhak masyarakat untuk  memperoleh informasi yang benar, bersikap jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5.    Asas  Proporsionalitas,  yang  mengutamakan  keseimbangan  antara  hak   dengan  kewajiban penyelenggara negara.
6.     Asas  Profesionalitas,  yang  mengutamakan  keahlian  yang  berlandaskan kode  etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

0 komentar:

Posting Komentar

 
animasi bergerak gif
My Widget